Senin, 11 Februari 2013

Cara Terhormat Untuk Dihormati

Apakah Anda ingin dihormati oleh orang lain? Tentu saja ya. Bukan karena kita gila hormat, melainkan karena secara fitrah kita ingin diakui, diterima, dan dihargai sebagai seorang manusia. Lantas bagaimana cara Anda mendapatkan rasa hormat dari orang lain? “Gampang,” demikian kata sebagian kalangan. “Kenakanlah pakaian yang perlente. Pakailah jam tangan yang mahal. Dan kendarailah mobil mewah,” lanjutnya. “Maka Anda akan dihormati oleh orang lain.” Betulkah nasihat itu bisa membuat kita dihormati orang lain? Betul sekali. Buktinya, kita sendiri pun sering sangat hormat kepada orang-orang yang memiliki kriteria seperti yang beliau sebutkan diatas. Namun apakah itu satu-satunya cara untuk meraih rasa hormat dari orang lain? Dan apakah cara itu aplikable a.k.a bisa dilaksanakan oleh semua orang? Oh kalau soal itu, perlu kita kaji lebih dalam. Iconia PC Tablet Dengan Windows 8 Rasul yang saya imani, adalah seorang pemimpin besar. Sekaligus pebisnis ulung sejak usia beliau masih belasan. Pernikahannya dengan istrinya mengukuhkan beliau sebagai saudagar kaya raya. Namun sejak kecil kehidupan beliau sungguh sangat bersahaja. Jauuuuh dari gaya hidup bermegah-megahan. Dan ketika beliau menjadi pemimpin Negara yang makmur, beliau tinggal bukan diistana gemerlap. Melainkan di sebuah rumah sederhana yang sama sekali tidak menunjukkan kemewahan. Anehnya. Dalam kehidupan yang serba sederhana itu, beliau sungguh sangat dihormati. Sungguh. Pada diri beliau ada suri tauldan yang baik, yang menunjukkan bahwa; ada cara terhormat untuk mendapatkan rasa hormat. Jadi meskipun kita kaya. Atau sekalipun kita miskin. Kita bisa sama-sama meraih rasa hormat itu dengan cara terhormat. Anda ingin dihormati kan? Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar bagaimana mendapatkan rasa hormat dari orang lain dengan cara terhormat, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini: 1. Memiliki ilmu yang tinggi. Apa sih yang membuat Anda sedemikain menghormati orang-orang yang berilmu tinggi? Karena didalam diri kita sudah ada kecintaan dan penghargaan kepada ilmu. Maka kepada orang berilmu, kita sungguh sangat memuliakannya. Kepada orang yang mengenakan jam tangan seharga ribuan dollar, mungkin kita akan hormat. Tapi rasa hormat kita itu nilainya hanya seharga jam tangan itu saja. Sedangkan kepada orang yang berilmu tinggi? Maka rasa hormat kita nilainya setinggi ilmunya. Jangankan manusia. Bahkan Tuhan pun meninggikan derajat orang-orang berilmu beberapa tingkat diatas orang lainnya. Pernyataan Tuhan itu jelas tertulis dalam kitab suci. Maka sahabatku, jika ingin dihormati orang lain. Jika ingin derajat kita naik dimata sesama manusia dan Tuhan kita; cara terhormatnya adalah memiliki ilmu yang tinggi. Milikilah ilmu yang tinggi sahabatku. Maka engkau, bisa menjadi orang terhormat. 2. Memiliki akhlak yang mulia. Hancurnya harga diri seseorang antara lain disebabkan karena akhlak atau tingkah polahnya yang tidak terhormat. Tidak peduli seberapa banyak hartanya, jika akhlaknya rusak. Maka rusak pulalah kehormatannya. Tidak jadi soal ilmunya setinggi apa. Jika akhlaknya ternoda, maka ternoda jugalah nama baiknya. Lihatlah dizaman sekarang. Betapa banyak orang kaya raya yang kita sebal sekali karena akhlaknya buruk. Dan lihatlah sekarang, betapa orang-orang yang sebelumnya suaranya kita dengar dan ikuti karena kedalaman ilmunya akhirnya kita tidak respek lagi karena perilaku dan gaya hidupnya jauh dari keagungan ilmunya. Akhlak yang mulia saudaraku, yang akan melahirkan rasa hormat itu. Karena kita semua sangat menyukai keagungan perilaku. Sudah tertanam sifat itu didalam jiwa kita. Sehingga siapapun orangnya yang berperilaku agung itu – entah dia kaya atau miskin – sungguh sangat kita sukai dan hormati. Bukan mobil seharga milyaran yang membuat kita menghormati seseorang. Melainkan perilaku agung yang mencerminkan ketinggian budi pekertinya. Bahkan rasul sendiri pun mengatakan;”Sesungguhnya, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak….” 3. Memiliki reputasi yang baik. Anda pernah mendengar nama seseorang yang tidak pernah bertemu langsung dengan orang itu kan? Dan Anda sangat menghormati orang itu. Kenapa Anda menghormatinya padahal Anda tidak pernah berhadapan langsung dengannya? Anda juga pernah mendengar nama seseorang yang Anda sebal sekali padanya, padahal Anda tidak pernah berurusan dengan itu. Kenapa? Anda kan belum pernah bertemu dengannya? Sahabatku, itulah hasil dari reputasi. Jika kita bisa membangun reputasi sebagai pribadi yang baik, maka kita akan bisa meraih rasa hormat dari orang lain. Namun jika kita membiarkan reputasi diri kita memburuk, maka kita akan diremehkan. Bagaimana dong cara membangun reputasi itu? Gampangnya begini; lakukanlah tindakan-tindakan yang baik. Karena tidak ada reputasi baik yang dibangun dengan perilaku buruk. Zaman sekarang, sudah lebih mudah bagi siapa saja untuk membangun reputasinya. Sudah tersedia media yang sanggup untuk membuat banyak orang tahu perilaku kita. Terserah kita, mau membangun reputasi seperti apa. Tapi, hanya reputasi yang baik yang bisa menghasilkan rasa hormat kepada kita. 4. Memiliki nilai-nilai pribadi yang baik. Apa sih artinya nilai-nilai pribadi yang baik itu? Ketika kita berada di lingkungan tertentu yang cara, gaya, dan model serta nilai-nilainya buruk; kita tidak terpengaruh – tetap saja kita jaga nilai-nilai terhormat kita. Begitulah artinya. Menyesuaikan diri dengan lingkungan itu memang baik. Tapi hanya berlaku jika lingkungan kita baik. Jika lingkungan kita buruk, maka menyesuaikan diri dengan lingkungan seperti itu bukanlah suatu kebaikan. Lihatah sekarang. Betapa banyak orang yang sebelumnya punya reputasi baik. Kemudian masuk kedalam lingkungan tertentu. Misalnya menjadi politisi sohor. Atau menjadi pejabat public dengan menduduki kursi empuk. Banyak kan yang ‘menyesuaikan diri’ dengan perilaku buruk lingkungannya? Lalu mereka yang kita harapkan bisa melakukan perubahan itu, ternyata malah setali tiga uang. Musnah rasa hormat kita kepada mereka. Maka sahabatku, jagalah nilai-nilai pribadi yang baik itu. Jangan sampai ikut hanyut dalam arus lingkungan yang buruk. Kita menyebutnya istikomah. Maknanya; kukuh berpegang kepada keluhuran nilai-nilai yang agung. Jika bisa begitu, Insya Allah kita layak menjadi pribadi terhormat. 5. Memiliki integritas diri. Banyak orang berbicara tentang integritas. Tetapi, maknanya masih sering bias. Menurut Anda, apa artinya integritas? Kalau saya pribadi meyakininya sebagai bisikan jiwa yang tercermin dalam perilaku nyata ketika kita sedang berada seorang diri. Ketika hanya ada saya dengan Tuhan saja; apa yang saya lakukan. Ketika hanya ada Anda dan Tuhan Anda; apa yang Anda lakukan. Perhatikan zaman sekarang. Orang-orang yang rajin bicara soal moral dihadapan public. Tetapi kepada temannya dia berbisik; “jangan sampai ketahuan orang lain ya…” Lalu mereka melakukan tindakan yang jauh dari nilai-nilai kejujuran. Dimana kita menempatkan Tuhan jika demikian? Saudaraku, kita menyebutnya sebagai ‘ihsan’. Yaitu sadar jika diri ini diawasi. Karena meskipun kita sendirian. Sekalipun konco-konco kita sudah menjamin ‘tidak akan ketahuan’. Tapi kita yakin, bahwa Tuhan selalu menyaksikan tindakan dan perilaku kita. Sehingga kita, tetap terjaga dari godaan yang memabukkan. Seperti itulah integritas itu. Bukankah di zaman ini kita tengah merindukan orang-orang yang memiliki integritas tinggi seperti itu? Maka kepada pribadi-pribadi yang punya integritas itulah, rasa hormat langit dan bumi diperuntukkan. Sahabatku. Mari kita ukur. Apakah penghormatan orang lain kepada kita itu benar-benar didasarkan kepada kualitas pribadi kita. Ataukah mereka menghormati hanya karena harta kita? Cara mengukurnya bagaimana? Cobalah berpakaian seperti orang biasa. Berpenampilan seperti orang lain pada umumnya. Berkendaraan seperti kebanyakan orang lain berkendaraan. Lalu membaurlah dengan orang lain. Jika mereka masih menghormati Anda, maka kemungkinan Anda dihormati karena pribadi Anda. Bukan karena harta Anda. Bukankah itu merupakan penghormatan yang sesungguhnya? Maka mulai sekarang, meskipun kita kaya sahabatku. Mari hidup dengan sederhana saja. Karena kesederhanaan lebih mendekatkan kita pada sikap rendah hati. Sekolah Belajar Forex FBS Indonesia Sedangkan bermewah-mewahan itu bukan sekedar mendekatkan kita pada sikap pamer. Juga sering mendorong kita untuk melakukan apa saja demi mendapatkan harta yang kita inginkan. Karena jika gaya hidup mewah sudah menguasai diri kita, maka kita tidak peduli lagi baik atau buruknya cara kita mendapatkan harta itu. Yang penting kemauan kita terpenuhi. Pantaslah jika Tuhan mewanti-wanti kita melalui firmanNya dalam surah 108 ayat 1-3. Sungguh, Tuhan telah mewanti-wanti kita: “Bermegah-megahan, telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kedalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu.” Maka sahabatku, mari kita terus gigih untuk mendapatkan sebanyak mungkin penghasilan – dengan cara yang baik. Namun, sekalipun kita kaya; gunakanlah secukupnya saja. Insya Allah, dengan hidup sederhana pun kita tetap akan mendapatkan rasa hormat dari orang lain. Terlebih lagi, penghormatan dari Tuhan kita. Bukankah seperti itu kekayaan dan kehormatan yang sesungguhnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar